Latest Products
Tampilkan postingan dengan label burung lapangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label burung lapangan. Tampilkan semua postingan

Cara Mengukur Kualitas Suara Burung Kontes

Order Detail

Cara Mengukur Kualitas Suara Burung Kontes

Pengukuran kualitas suara pada setiap burung tidak sama. Karena masing-masing burung mempunyai tipe suara yang berbeda. Meskipun demikian, dalam hal tertentu kriteria penilaian (irama dan kualitas suara) dalam penjurian di arena kontes diberlakukan sama. Pada tahap awal, kualitas suara diukur setelah burung mengalami ganti bulu. Pengukuran kualitas suara berikutnya untuk mengetahui kerajinan dan variasi suara yang mampu dikicaukannya. Pengukuran kualitas suara burung didasarkan pada
kemampuan burung mengicaukan suara-suara burung lain yang bisa membuat kicauannya menjadi menarik. Kicauan menarik ini sering disebut “senjata suara”, biasanya berupa crecetan, kekekan, atau suara turrrr atau terrrr.


Cara Mengukur Kualitas Suara Burung Kontes


Kualitas suara burung dianggap baik jika senjata suara itu dikicaukannya dalam tempo cepat, tajam, dan sering dilakukan diantara variasi suara kicauannya.
Biasanya burung yang baru mengalami ganti bulu dua kali, masa rawatnya belum lebih dari 2 tahun. Biasanya kondisi fisiknya masih labil, adakalanya burung masih takut berkicau dan kalaupun berkicau tidak mau melepaskan atau mengeluarkan segala kemampuannya.

Tingkat kerajinan burung berkicau dapat diukur dengan frekuensinya atau jarak waktunya dari burung itu mau berkicau hingga kicauan berikutnya dan yang diharapkan jaraknya cukup dekat. Variasi kicauan yang baik, bukan hanya disebabkan oleh banyak suara yang dikicaukan, tetapi jarak satu variasi ke variasi lainnya harus rapat seperti tidak terputus.

Burung berkicau yang baik minimal memiliki suara yang keras, tajam, dan sedapat mungkin mempunyai senjata suara yang ditirukannya dari burung lain. Setidaknya burung tersebut bisa mengicaukan suara burung yang agak aneh seperti dicontohkan sebelumnya, tetapi burung ini juga mampu membuat suara tersebut menjadi menarik pada saat dikicaukan. Dapat dibanggakan apabila burung yang dipelihara sejak bakalan dapat mempunyai suara seperti itu. Hal ini bisa diterapkan untuk burung murai batu, kacer, anis, cucak ijo, toet atau pentet, branjangan, poksai hitam, hwa mei, dan pai ling.
Itulah cara mengukur kualitas suara burung berkicau untuk dipersiapkan pada arena kontes. Apabila temen-temen kurang puas dengan tulisan diatas, silahkan koreksi dan sampaikan melalui komentar yang positif...

Kebiasaan Burung Kontes yang Mengurangi Penilaian

Order Detail

KebiasaanBurung Kontes yang Mengurangi Penilaian

Kebiasaan buruk burung sering kali muncul diarena kontes. Tentu saja hal ini akan mengurangi penilaian. Faktor lain yang juga mengurangi penilaian yaitu benda yang mempengaruhi penampilan, sehingga burung tidak dapat tampil secara optimal diarena kontes. Kedua faktor ini harus difahami jikalalu mungkin diantisipasi supaya tidak terjadi selama kontes berlangsung.


Kebiasaan Burung Kontes yang Mengurangi Penilaian


Kebiasaan buruk yang dilakukan burung umumnya
sudah diketahui, tetapi calon kontestan tetap memaksakan diri untuk menurunkannya dalam kontes. Kebiasaan buruk yang dilakukan burung itu diantaranya juga akibat kesalahan selama merawatnya. Para kontestan yang memahami benar perilaku buruk pada burung pasti tidak akan menyertakannya dalam kontes, kecuali burung tersebut memiliki keistimewaan yang bisa diandalkan. Burung yang tidak memungkinkan tampil sebaiknya tidak dipaksakan tampil ke arena kontes karena hanya akan menjadi bahan olok-olokan para kontestan lain.

1.      Terlalu galak

Burung yang dikatakan galak saat dikonteskan terlihat seperti ingin keluar dan menempel dijeruji sangkar sambil berkicau. Pada posisi demikian, kicauannya pasti kurang baik dan gayanya dalam berkicau tidak mungkin ditampilkan.
Burung yang galak biasanya kurang rajin karena tingkahnya lebih banyak dan sepertinya ingin terus memburu lawannya. Burung yang demikian tidak mungkin bisa mendapatkan nilai yang baik, apalagi untuk menjadi juara. Dalam kasus seperti ini tidak hanya merugikan penggemar yang mempunyai burung tersebut, tetapi juga merugikan penggemar lain.
Burung lain yang posisinya berdekatan atau bersebelahan dengan burung galak akan terpengaruh menjadi ikut galak. Hal ini bisa terjadi karena tingkat emosi burung mulai meninggi, seperti halnya saat memperebutkan wilayah kekuasaan dihabitat aslinya. Kejadian seperti ini sering terjadi pada burung murai batu, kacer, poksai hitam, hwa mei, cucakrawa. Perilaku burung galakbiasanya karena burung kekurangan gizi dari pakan yang dikonsumsinya. Selain itu, mungkin juga disebabkan oleh kurangnya latihan.

2.      Makan saat kontes

Burung makan pada saat berlangsung kontes merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat mengurangi nilai. Hal seperti ini umum dilakukan oleh burung yang emosinya mulai meninggi sehingga pelampiasannya dengan cara makan. Hal seperti umumnya terjadi pada burung hwa mei dan poksai hitam. Pada saat makan, burung tidak berkicau. Oleh karena itu, diusahakan tidak menempatkan pakan disangkar burung yang dikonteskan.

3.      Berkicau didasar sangkar

Kebiasaan buruk lain yang dapat mengurangi nilai di arena kontes adalah burung berkicau didasar sangkar. Sebaik apapun suaranya, tetapi kalau burung itu berkicau didasar sangkar maka tidak akan terlihat gayanya. Perilaku buruk seperti ini sering dilakukan burung cucakrawa, branjamgan, pai ling, kacer, hwa mei, yang dipelihara sejak anakan.
Hal ini terjadi karena cara perawatan yang kurang difahami. Burung yang berkicau didasar sangkar biasanya karena burung tersebut dibuat terlalu jinak dan selalu dibiasakan dengan tangan. Kebiasaan seperti ini seharusnya tidak dilakukan terhadap burung berkicau jenis apapun. Karena merugikan, maka diusahakan tidak membuat burung berkicau menjadi terlalu jinak. Dalam merawat burung, yang penting burung tersebut tidak takut dengan lingkungan dan tidak merasa takut bila didekati orang. Umumnya burung berkicau yang terlalu jinak kurang menonjolkan kecepatan kicauannya dan jarang sekali yang bisa mempunyai keistimewaan suara.

4.      Salto atau nenggak

Ciri burung yang salto atau nenggak selalu melihat kebagian atas sangkar sambil bergerak ke kanan dan ke kiri secara berulang-ulang seperti ingin mencari jalan keluar. Kalau kebiasaan seperti ini terus berlanjut dan dibiarkan, sesekali burung tersebut seakan terjatuh kebelakang. Burung dengan kebiasaan semacam ini umumnya terjadi pada saat masih bakalan dan dirawat dengan cara kurang baik. Sebenarnya burung yang memiliki tingkah laku demikian rata-rata memiliki dasar suara yang cukup bagus. Tinggal pola rawatnya saja yang perlu difahami.

Kebiasaan salto atau nenggak ini biasanya dilakukan jenis burung kacer, anis merah, poksai hitam. Pada saat melakukan kebiasaan salto, pasti burung akan berhenti berkicau dan hal ini terjadi berulang-ulang. Burung dengan tingkah laku seperti ini tidak akan mendapat nilai sampai batas maksimal, meskipun kicauan dan gerakannya cukup baik. Burung seperti ini sebaiknya tidak diikutkan kontes karena hanya akan membuang biaya.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kumpulan panduan dan inspirasi Kicau Mania - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger